![]() |

Nama : Abulkhair Abdullah
NIM : 70100111001
RESUME SEDIAAN EMULSI
Emulsi
adalah suatu sediaan farmasi yang di dalamnya terdapat dua fase yang tidak
saling bercampur satu sama lain (fase minyak dan fase air) di mana fase yang satu
terdispersi ke dalam fase yang lainnya. Penggunaannya dapat secara oral, topikal,
dan parenteral.
Emulsi
dibedakan menjadi dua golongan, yakni :
1.
Emulsi M/A
(O/W), jenis emulsi di mana fase terdispersinya adalah minyak dan fase
pendispersinya adalah air. Contoh : susu dan lotion.
2.
Emulsi A/M
(W/O), jenis emulsi di mana fase terdispersinya adalah air dan fase
pendispersinya adalah minyak. Contoh : mentega dan margarin.
Dari
pengertiannya, emulsi dikatakan sediaan yang tidak saling campur (minyak dan
air). Untuk tercampurnya kedua fase ini, maka digunakan emulgator. Emulgator
adalah zat aktif permukaan yang berfungsi menurunkan tegangan antarmuka kedua
fase (minyak dan air) dan membentuk film yang liat untuk menjaga kestabilan
emulsi.
Ada
tiga teori yang digunakan dalam pembuatan emulsi, yaitu :
1.
Teori tegangan
permukaan
Teori ini menggunakan surfaktan (zat aktif
permukaan). Adanya gaya adhesi dan kohesi antara dua zat mempengaruhi
bercampurnya fase minyak dan fase air. Dengan digunakannya surfaktan ini, maka
tegangan antarmuka kedua fase (minyak dan air) akan diperkecil sehingga
kemampuan untuk bercampurnya semakin besar. Surfaktan tersusun oleh dua bagian
(kepala dan ekor), kepalanya larut air (hidrofilik) dan ekornya larut minyak
(lipofilik).
2.
Teori bentuk
baji
Teori ini menggunakan emulgator. Emulgator itu
sendiri terbagi menjadi dua kelompok, yakni emulgator hidrofilik (larut air)
dan emulgator lipofilik (larut minyak). Dengan emulgator ini, fase air akan
terikat pada emulgator hidrofilik dan fase minyak akan terikat pada emulgator
lipofilik sehingga kedua fase dapat lebih stabil.
3.
Teori lapisan
plastis
Emulgator yang sering digunakan ialah tween dan
span. Dalam pembuatan emulsi, dibutuhkan perbandingan nilai HlB tersendiri
sesuai jenis emulsi apa yang ingin kita buat. Diusahakan perbandingan antara
tween dan span bukan 1:1 karena ditakutkan akan terjadi inversi (berubahnya
tipe emulsi dari M/A menjadi A/M atau sebaliknya).
Untuk membuat emulsi M/A, tween yang digunakan lebih
besar daripada span sedangkan untuk membuat emulsi A/M, span yang digunakan
lebih besar daripada tween.
Adapun
bentuk kerusakan (ketidakstabilan) pada emulsi ialah :
1.
Flokulasi
Flokulasi adalah peristiwa menggumpalnya
partikel-partikel yang dikarenakan tidak stabilnya suatu emulsi. Flokulasi
terjadi karena adanya gaya tolak-menolak sehingga partikel terdispersi akan
menggumpal dengan partikel terdispersi lainnya. Flokulasi bersifat reversible
dan dapat diatasi dengan pengadukan.
2.
Creaming
Creaming adalah terbentuknya dua lapisan pada emulsi
yang memiliki viskositas berbeda satu sama lainnya di mana fase terdispersinya
memiliki kecenderungan untuk naik ke permukaan. Creaming bersifat reversible
dan dapat diatasi dengan pengadukan.
3.
Koalesensi
Koalesensi adalah terbentuknya endapan dari
partikel-partikel terdispersi yang sifatnya irreversible.
4.
Ostwald ripening
Ostwald ripening adalah lanjutan dari koalesensi dan
endapan yang terbentuk lebih besar dan sifatnya irreversible.
5.
Inversi
Inversi adalah peristiwa pecahnya emulsi secara
tiba-tiba dari tipe M/A ke tipe A/M atau sebaliknya dan sifatnya irreversible.
Kestabilan
suatu emulsi berhubungan dengan hokum Stokes di mana ukuran partikel (d)
berbanding lurus dengan kestabilan emulsi. Semakin kecil ukuran partikel
terdispersinya maka semakin kecil pula kemungkinan terjadinya kerusakan pada
emulsi. Sebaliknya, semakin besar ukuran partikel terdispersinya makan semakin
besar pula kemungkinan terjadinya kerusakan pada emulsi. Berbeda dengan
viskositas (v) yang berbanding terbalik dengan kestabilan emulsi. Semakin besar
viskositas emulsi maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan pada
emulsi. Sebaliknya, semakin kecil viskositas emulsi maka semakin besar
kemungkinan terjadinya kerusakan pada emulsi.
CMC
(konsentrasi misel kritis) erat hubungannya dengan emulsi. Misel merupakan
agregat dari suatu surfaktan. Agar terbentuk emulsi yang stabil, maka harus
dibuat tetes terdispersinya. Tanpa CMC maka tidak akan terbentuk tetes
terdispersi. Gugus lipofiliknya surfaktan akan bergabung membentuk misel dan
gugus hidrofiliknya bersentuhan dengan medium air dan melindungi bagian
lipofiliknya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar