Tentang Saya

Statistik

Sabtu, 29 Maret 2014

Resume Sediaan Emulsi

bismillah.jpg
 




Nama              : Abulkhair Abdullah
NIM                : 70100111001
Kelas              : Farmasi A1

RESUME SEDIAAN EMULSI

Emulsi adalah suatu sediaan farmasi yang di dalamnya terdapat dua fase yang tidak saling bercampur satu sama lain (fase minyak dan fase air) di mana fase yang satu terdispersi ke dalam fase yang lainnya. Penggunaannya dapat secara oral, topikal, dan parenteral.

Emulsi dibedakan menjadi dua golongan, yakni :
1.        Emulsi M/A (O/W), jenis emulsi di mana fase terdispersinya adalah minyak dan fase pendispersinya adalah air. Contoh : susu dan lotion.
2.        Emulsi A/M (W/O), jenis emulsi di mana fase terdispersinya adalah air dan fase pendispersinya adalah minyak. Contoh : mentega dan margarin.

Dari pengertiannya, emulsi dikatakan sediaan yang tidak saling campur (minyak dan air). Untuk tercampurnya kedua fase ini, maka digunakan emulgator. Emulgator adalah zat aktif permukaan yang berfungsi menurunkan tegangan antarmuka kedua fase (minyak dan air) dan membentuk film yang liat untuk menjaga kestabilan emulsi.

Ada tiga teori yang digunakan dalam pembuatan emulsi, yaitu :
1.        Teori tegangan permukaan
Teori ini menggunakan surfaktan (zat aktif permukaan). Adanya gaya adhesi dan kohesi antara dua zat mempengaruhi bercampurnya fase minyak dan fase air. Dengan digunakannya surfaktan ini, maka tegangan antarmuka kedua fase (minyak dan air) akan diperkecil sehingga kemampuan untuk bercampurnya semakin besar. Surfaktan tersusun oleh dua bagian (kepala dan ekor), kepalanya larut air (hidrofilik) dan ekornya larut minyak (lipofilik).
2.        Teori bentuk baji
Teori ini menggunakan emulgator. Emulgator itu sendiri terbagi menjadi dua kelompok, yakni emulgator hidrofilik (larut air) dan emulgator lipofilik (larut minyak). Dengan emulgator ini, fase air akan terikat pada emulgator hidrofilik dan fase minyak akan terikat pada emulgator lipofilik sehingga kedua fase dapat lebih stabil.
3.        Teori lapisan plastis
Emulgator yang sering digunakan ialah tween dan span. Dalam pembuatan emulsi, dibutuhkan perbandingan nilai HlB tersendiri sesuai jenis emulsi apa yang ingin kita buat. Diusahakan perbandingan antara tween dan span bukan 1:1 karena ditakutkan akan terjadi inversi (berubahnya tipe emulsi dari M/A menjadi A/M atau sebaliknya).
Untuk membuat emulsi M/A, tween yang digunakan lebih besar daripada span sedangkan untuk membuat emulsi A/M, span yang digunakan lebih besar daripada tween.

Adapun bentuk kerusakan (ketidakstabilan) pada emulsi ialah :
1.        Flokulasi
Flokulasi adalah peristiwa menggumpalnya partikel-partikel yang dikarenakan tidak stabilnya suatu emulsi. Flokulasi terjadi karena adanya gaya tolak-menolak sehingga partikel terdispersi akan menggumpal dengan partikel terdispersi lainnya. Flokulasi bersifat reversible dan dapat diatasi dengan pengadukan.
2.        Creaming
Creaming adalah terbentuknya dua lapisan pada emulsi yang memiliki viskositas berbeda satu sama lainnya di mana fase terdispersinya memiliki kecenderungan untuk naik ke permukaan. Creaming bersifat reversible dan dapat diatasi dengan pengadukan.
3.        Koalesensi
Koalesensi adalah terbentuknya endapan dari partikel-partikel terdispersi yang sifatnya irreversible.
4.        Ostwald ripening
Ostwald ripening adalah lanjutan dari koalesensi dan endapan yang terbentuk lebih besar dan sifatnya irreversible.
5.        Inversi
Inversi adalah peristiwa pecahnya emulsi secara tiba-tiba dari tipe M/A ke tipe A/M atau sebaliknya dan sifatnya irreversible.

Kestabilan suatu emulsi berhubungan dengan hokum Stokes di mana ukuran partikel (d) berbanding lurus dengan kestabilan emulsi. Semakin kecil ukuran partikel terdispersinya maka semakin kecil pula kemungkinan terjadinya kerusakan pada emulsi. Sebaliknya, semakin besar ukuran partikel terdispersinya makan semakin besar pula kemungkinan terjadinya kerusakan pada emulsi. Berbeda dengan viskositas (v) yang berbanding terbalik dengan kestabilan emulsi. Semakin besar viskositas emulsi maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan pada emulsi. Sebaliknya, semakin kecil viskositas emulsi maka semakin besar kemungkinan terjadinya kerusakan pada emulsi.


CMC (konsentrasi misel kritis) erat hubungannya dengan emulsi. Misel merupakan agregat dari suatu surfaktan. Agar terbentuk emulsi yang stabil, maka harus dibuat tetes terdispersinya. Tanpa CMC maka tidak akan terbentuk tetes terdispersi. Gugus lipofiliknya surfaktan akan bergabung membentuk misel dan gugus hidrofiliknya bersentuhan dengan medium air dan melindungi bagian lipofiliknya.

Tidak ada komentar: