I.
Formulasi Asli :
R/ Abuprofen Tablet
II.
Rancangan Formula
Nama Produk :
Abuprofen® Tablet
Jumlah Produk :
10 tablet @ 600 mg
Tanggal Produksi :
1 Mei 2014
No. Reg :
DKL 1398700110 A3
No. Batch :
M 0413001
Komposisi
Tiap
tablet mengandung :
Ibuprofen 400 mg
Avicel 20
%
Amylum Solani 10
%
Talk 2
%
Laktosa add 600
mg
III. Master Formula :
Diproduksi
oleh
|
Tanggal
formulasi
|
Tanggal
produksi
|
Dibuat oleh
|
Disetujui oleh
|
PT. Al-Khair Pharma
|
1 Mei 2013
|
1 Mei 2014
|
Abulkhair Abdullah
|
Rezkiyana Mulya
|
Kode bahan
|
Nama bahan
|
Kegunaan
|
Perdosis
|
perbatch
|
01_IPF
02_AVC
03_ASL
04_TLK
05_LTS
|
Ibuprofen
Avicel
Amylum solani
Talk
Laktosa
|
Zat aktif
Zat pengikat
Zat penghancur
Zat pelincir
Zat pengisi
|
400 mg
120 mg
60 mg
12 mg
add 8 mg
|
4000 mg
1200 mg
600 mg
120 mg
add 80 mg
|
IV.
Alasan Pembuatan Produk :
Tablet
adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung
pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu
jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang
digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisis, zat pengembang, zat pengikat,
zat pelicin, zat pembasah, atau zat lain yang cocok (Anonim, 1979: 6).
Tablet
adalah bentuk sediaan farmasi yang paling banyak dibuat/diproduksi karena
memiliki banyak kelebihan dibandingkan dari bentuk sediaan lainnya, seperti
takaran obat cukup teliti dan serba sama untuk setiap tablet; pembebasan obat
dapat diatur sesuai dengan efek terapi yang diinginkan; mudah dalam pengemasan,
pengepakan, transportasi, dan penggunaanya; biaya produksi relatif murah
dibandingkan dengan bentuk sediaan lain; dan lain-lain (Arsul, 2010: 11).
Pada
umumnya demam adalah juga suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri.
Kini para ahli berpendapat bahwa demam adalah suatu reaksi tangkis yang berguna
dari tubuh terhadap infeksi. bila suhu melampaui 40-41oC, barulah
terjadi situasi kritis yang bisa menjadi fatal, karena tidak terkendalikan lagi
oleh tubuh. (Tjay dan Rahardja, 2007: 312-313).
Demam
dapat ditangani dengan obat perifer, seperti ibuprofen, parasetamol, asetosal,
dan obat lainnya yang dapat merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor
nyeri perifer (Tjay dan Rahardja, 2007: 313).
Ibuprofen
merupakan derivat asam propionate yang diperkenalkan pertama kali di banyak
negara. Absorpsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam
plasma dicapai 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. 90% ibuprofen
terkait dalam protein plasma. Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap.
Kira-kira 90% dari dosis yang diabsorpsi akan diekskresi melalui urin sebagai
metabolit atau konjugatnya (Syarif, dkk. 2012: 240).
V.
Alasan Penambahan Bahan :
Zat aktif : Ibuprofen
Ibuprofen merupakan
derifat asam prepionat yang diperkenalkan pertama kali di banyak negara. Obat
ini bersifat analgesic dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek
analgesiknya sama seperti aspirin. Efek anti-inflamasinya terlihat dengan dosis
1200-2400 mg sehari. Absorpsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar
maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar
2 jam, 90% ibuprofen terikat dalam protein plasma. Ekskresi berlangsung cepat
dan lengkap. Kira-kira 90% dari dosis yang diabsorpsikan diekskresikan melalui
urin sebagai metabolit atau konjugatnya. Metabolit utama merupakan hasil
hidroksilasi dan karboksilasi (ISO Farmakoterapi, 2009: 533).
Dosis: nyeri (haid),
demam, dan rema, permulaan 400 mg p.c./d.c., lalu 3-4 dd 200-400 mg, demam pada
anak-anak: 6-12 bulan 3 dd 50 mg, 1-3 tahun 3-4 dd 50 mg, 4-8 tahun 3-4 dd 100
mg, 9-12 tahun 3-4 dd 200 mg (Tjay dan Rahardja, 2010: 333).
Efek samping terhadap
saluran cerna lebih ringan dibandingkan dengan aspirin, indometasin, atau
naproksen. Efek samping lainnya yang jarang ialah eritema kulit, sakit kepala
trombosipenia, ambliopia toksik yang reversibel. Dengan alasan bahwa ibuprofen
relatif lebih lama dikenal dan tidak menimbulkan efek samping serius, maka
ibuprofen dijual sebagai obat generik bebas di beberapa negara termasuk
Indonesia (Syarif, dkk. 2012: 240).
Zat tambahan
1.
Laktosa
(zat pengisi)
Zat
pengisi yang umum digunakan adalah laktosa. Sifat tablet yang lebih baik
dihasilkan oleh laktosa yang dikering semburkan (Voight, 1995: 202).
Laktosa
juga merupakan bahan pengisi yang paling banyak dipakai karena tidak bereaksi
dengan hampir semua bahan obat, baik yang digunakan dalam bentuk hidrat atau
anhidrat (Lachman, 2008: 699).
Laktosa
secara luas digunakan sebagai pengisi dan diluents pada tablet dan kapsul,
serta lebih terbatas pada lyophilized produk dan formula bayi (Raymond, 2006:
364).
2.
Avicel (zat pengikat)
Selulosa
mikrokristal banyak digunakan terutama sebagai pengikat/pengisi dalam formulasi
tablet (Raymond, 2005: 725).
Avicel
banyak digunakan dalam sediaan farmasi bentuk padat, sangat cocok untuk tablet
karena mempunyai fungsi pengikat, penghancur, pengisi, dan dapat memperbaiki
sifat aliran (Asrul, 2010: 17).
Selulosa
mikrokristal sering disebut Avicel, suatu zat yang dapat dicetak langsung
(Lachman, 2008: 701).
3.
Amilum solani (zat penghancur)
Pati
merupakan penghancur tablet yang umum digunakan pada konsentrasi 3-15 (Raymond,
2006: 725).
Pati
merupakan bahan penghancur tertua dari pati solani dengan konsentrasi 5-10%
cukup untuk membuat tablet dengan waktu hancur yang baik (Voight, 1995:
208-209).
Penggunaan
amilum 5% cocok untuk membantu penghancuran, tetapi sampai 15% dapat dipakai
untuk dapat daya hancur yang lebih cepat (Ansel, 2005: 263).
4.
Talk (zat pelincir)
Sebagai
bahan pelincir yang sangat menonjol adalah talk. Dia memiliki tiga keunggulan
antara lain berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, bahan pelicin, dan bahan
pemisah cetakan (Voight, 1995: 205).
Talk
telah digunakan secara meluas dalam formulasi dosis oral sebagai pelincir dan
pengisi (Raymond, 1999: 555).
Bahan-bahan
talk digunakan sebagai pelincir atau pengatur aluran dengan range 5% (Lachman,
2008: 703).
VI.
Uraian Bahan :
1.
IBUPROFEN
Nama
resmi : IBUPROFEN
Nama
lain : Ibuprofen, ibuprofenas, ibuprofenox
Rumus
molekul : C13H18O2
Rumus
bangun :
Pemerian : Putih atau hampir putih, serbuk kristal atau
kristal berwarna
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam aseton, sangat mudah
larut dalam etanol, metil alkohol. Sedikit larut dalam etil asetat
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat
Kegunaan : Analgesik (sebagai zat aktif)
Stabilitas : Larutan ibuprofen lisin dalam air untuk wadah injeksi di suhu kamar
yang stabil ketika terlindung dari cahaya
Dosis : Dewasa : 3x2 tab 200 mg, atau 3x1 tab 400 mg
Anak : 20
mg/kgBB/hari dibagi dalam beberapa pemberian. Untuk anak di bawah 30 kg
maksimum 500 mg/hari
Kontraindikasi : Hipersensititas,
wanita hamil, dan menyusui
Farmakologi : Aktivitas
anti-inflamasi, antipiretik, dan analgetik
Farmakokinetik : Ibuprofen
diabsorpsi dari saluran gastrointestinal dan plasma, konsentrasi dicapai1-2
jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam
2.
AMYLUM SOLANI
Nama
Resmi : AMYLUM SOLANI
Nama Lain : Pati
kentang
Rumus molekul : (C6H10O5)n
Pemerian : Serbuk halus, kadang berupa gumpalan kecil, putih tidak berbau
Kelarutan : Praktis tidak praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Range : 5-20 %
Kegunaan
: Sebagai zat penghancur
Stabilitas
Obat : Disterilisasi dengan menggunakan gas etilen oxide dan menggunakan
radiasi
Income : -
3.
LACTOSUM
Nama
Resmi : LACTOSUM
Nama
Lain : Laktosa, saccharum lactis
Rumus
molekul : C12H22O11
Berat
molekul : 342,30
Pemerian : Serbuk putih atau agak putih, tidak berbau, rasa sedikit manis
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan lebih mudah dalam air mendidih, sangat
sukar larut dalam metanol, tidak mudah larut dalam kloroform dan dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Range : -
Kegunaan
: Sebagai zat pengisi
Stabilitas
Obat : Di bawah kelembapan
(relatif ± 50%)
Income : Tidak cocok dengan asam amino, aminofilin, dan amfetamin
4.
MICROCRYSTALLINE CELLULOSE
Nama
Resmi : MICROCRYSTALLINE CELLULOSE
Nama
Lain : Mikrokristal selulosa, Avicel
Rumus
molekul : (C6H10O5)n
Pemerian : Pembersih, tidak berbau, tidak berasa, serbuk kristal yang terdiri
dari partikel-partikel penyerap
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, alkohol, aseton, toluen, cairan asam
Range : 20-90%
Kegunaan
: Sebagai zat pengikat
Stabilitas
Obat : Stabil, higroskopik, tersimpan dalam wadah tertutup baik
Incame : Tidak cocok dengan agen pengoksidasi kuat
5.
TALCUM
Nama Resmi : TALCUM
Nama
Lain : Spektan powder, magsil star, steatite
Rumus
molekul : Mg3Si4O10(OH)2
Berat
molekul : 758,44
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih, atau putih kelabu
Kelarutan : Zat larut dalam asam, tidak lebih dari 2,0%
Penyimpanan
: Simpan dalam wadah tertutup baik, sejuk, dan tempat kering
Range : 1-10 %
Kegunaan
: Sebagai pelincir
Stabilitas
Obat : Talk adalah material stabil dan memungkinkan disterilisasi dengan
melakukan pemanasan pada suhu 160oC pada waktu kurang dari 1 jam.
Itu juga disterilisasi dan menekspos dengan menggunakan Etilen Oksida atau
radiasi sinar gamma
Incame : Tidak cocok dengan campuran quaternary ammonium
VII.
Perhitungan Bahan
Tiap tablet mengandung
:
Ibuprofen 400
mg
Avicel 20
%
Pati 10
%
Talk 2
%
Laktosa add 600
mg
Per
Tablet :
Ibuprofen :
400 mg
Avicel :
x 600 =
120 mg
Pati :
x 600 = 60 mg
Talk :
x 600 = 12 mg
Laktosa :
600 – (400 + 120 + 60 + 12) = 8 mg
Per
Batch :
Ibuprofen :
400 x 10 = 4000 mg
Avicel :
120 x 10 = 1200 mg
Pati :
60 x 10 = 600 mg
Talk :
12 x 10 = 120 mg
Laktosa : 8 x 10 = 80 mg
VIII.
Cara kerja :
1.
Disiapkan alat
dan bahan.
2.
Ditimbang
ibuprofen 400 mg, avicel 120 mg, pati 600 mg, talk 120 mg, dan laktosa 80 mg
pada neraca analitik.
3.
Dimasukkan ibuprofen
400 mg ke dalam lumpang.
4.
Dimasukkan avicel
120 mg sedikit demi sedikit ke dalam lumpang lalu dihomogenkan.
5.
Dimasukkan
laktosa 8 mg sedikit demi sedikit ke dalam lumpang lalu dihomogenkan.
6.
Dimasukkan pati 60
mg sedikit demi sedikit ke dalam lumpang lalu dihomogenkan.
7.
Dimasukkan talk 12
mg sedikit demi sedikit ke dalam lumpang lalu dihomogenkan.
8.
Dimasukkan semua
bahan campuran ke dalam alat pencetak tablet.
9.
Dimasukkan
tablet ke dalam wadah.
Daftar
Pustaka
Anief, Moh. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI-Press.
Arsul, Muh. Ikhlas. 2010. Teknologi Sediaan Farmasi Padat. Makassar: Haikal Press.
Lachman, Leon, dkk. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI-Press.
Raymond, C. Rowe, dkk.
2004. Pharmaceutical Excipients.
Pharmaceutical Development and Technology.
Sweetman, Sean C. 2009.
Martindale the Complete Drug Reference.
London: Pharmaceutical Press.
Syarif, Amir, dkk.
2012. Farmakologi dan Terapi.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
2 komentar:
assalamu'alaikum.
mas/pak bisa beri penjelasan bila sebuah penelitian tentang bahan penghancur tablet menggunakan amilum dengan 3 formulasi yaitu konsentrasi 5%, 10%, dan 15%..pertama.kenapa bisa seperti itu? kedua.sumber untuk dijadikan acuan ada tidak?
termikasih.
wass.
semoga ilmunya berkah...ini email saya ari4kurnia2@gmail.com
wasalam..
sya krang mngrti prtanyaan saudari..
apanya yg mau ditanyakan?
sumber acuan mksudnya refernsi atau apa?
nnti klo bisa sya jwab, sya infokan...
Posting Komentar